TAHAP-TAHAP PRAKTEK PEKERJAAN SOSIAL DENGAN KELOMPOK
TAHAP-TAHAP PRAKTEK PEKERJAAN
SOSIAL DENGAN KELOMPOK
1.
Tahap
Persiapan atau Pra Kelompok
A.
Menentukan
tujuan Kelompok
Tujuan kelompok
biasanya dinyatakan sebagai tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh kelompok
untuk membantu anggota-anggotanya, Artinya upaya-upaya
yang dilakukan oleh kelompok untuk membantu anggota-anggotanya dalam mencapai
keinginan-keinginan atau memenuhi kebutuhan-kebutuhan anggota-anggota kelompok.
Salah satu cara untuk dapat menetapkan tujuan kelompok adalah dengan melakukan asesmen kebutuhan (needs
assessment), sehingga dapat diketahui bidang-bidang masalah yang ingin didiskusikan
dalam kelompok termasuk alternatif pemecahannya. Contoh: dalam konteks
pengungsi, asesmen kebutuhan dapat dilakukan dengan membentuk kelompok-kelompok
pengungsi berdasarkan sasaran.
Misalnya
membentuk kelompok yang terdiri atas kepala rumah tangga, para istri mereka,
atau anak-anak remaja secara terpisah. Kemudian mereka diberikan secarik kertas
untuk menuliskan apa masalah dan kebutuhan mereka, kemudian mendiskusikannya. Kesimpulan dari
asesmen kebutuhan ini dapat dijadikan dasar dalam menentukan tujuan kelompok
·
Salah satu cara
melakukan asesmen kebutuhan ini dengan membagikan angket asesmen kebutuhan
kelompok (Group Needs Assessment Questionairre).
Pertanyaan-pertanyaan yang dimuat dalam angket tersebut
adalah seperti berikut :ok
1) Apakah anda tertarik
menjadi anggota kelompok ?
Ø sangat tertarik.
Ø cukup tertarik.
Ø tidak tertarik sama sekali
2) Silakan pilih bidang-bidang yang anda inginkan untuk dibahas dalam kelompok
dengan memberi tanda cek.
Ø hubungan dengan suami/istri.
Ø hubungan dengan orang yang tinggal bersama anda, yaitu (spesifikasi
hubungan).hubungan dengan teman.
Ø mengenai perkerjaan.
Ø mengenai perasaan tidak menyenangkan (rasa sedih, rasa takut, hawatir).
Ø mengenai masa depan anda (pekerjaan, sekolah).
Ø mengenai membuat keputusan penting (dimana akan tinggal, sekolah,
meninggalkan sekolah atau rumah)
3) Pernahkah sebelumnya anda mengikuti kegiatan dalam sebuah kelompok untuk
mendiskusikan masalah-masalah pribadi ?
Ø Ya
Ø Tidak
4) Jika jawabanya ya,
bagaimana pendapat anda tentang pengalaman-pengalaman yang diperoleh?
Silakan pilih dan beri tanda cek atas pernyataan-pernyataan dibawah ini
yang menurut anda mirip dengan anda.
Ø saya banyak bicara
Ø saya jarang mengatakan sesuatu / berkata-kata
Ø saya termasuk mudah berkenalan dengan orang lain
Ø saya memerlukan waktu yang lama untuk mengenal orang lain
Ø perasaan saya mudah tersinggung/sakit hati
Cara lain untuk menentukan tujuan
kelompok yaitu dengan mendiskusikan dalam kelompok bersama semua anggota
kelompok pada pertemuan pertama . Bila tujuan kelompok sudah ditetapkan maka
langkah selanjutnya adalah menyusun komposisi kelompok. Aspek-aspek yang perlu
diperhatikan dalam komposisi kelompok antara lain usia, jenis kelamin,
ras/etnis atau suku, jenis masalah yang sedang dialami, kemampuan komunikasi
verbal, tingkat minat dalam kelompok, dll.rDalam menyusun komposisi kelompok jangan sampai ada anggota kelompok
minoritas menurut aspek-aspek yang telah disebutkan. Misalnya dalam kelompok
hanya ada seorang pengungsi perempuan, seorang pengungsi laki-laki, atau
seorang pengungsi dari etnis tertentu, termasuk dari kelompok umur tertentu.
Langkah berikutnya adalah
mempersiapkan anggota kelompok dengan cara memberikan informasi yang lengkap
tentang semua kegiatan yang akan dilakukan dan memberikan penjelasan tentang
apa saja yg harus dilakukan oleh setiap anggota kelompok (aturan main) dalam
setiap sesi. Hal ini penting agar setiap anggota kelompok benar-benar siap.
Bila hal ini telah dilakukan maka langkah selanjutnya menetapkan ukuran
kelompok. Berapa jumlah anggota kelompok yang akan dilayani.
Sebagai patokan, kelompok kecil biasanya berjumlah antara 4 sampai 8 orang. Mungkin 10 orang jumlah yg paling banyak.
Langkah terakhir dalam
mempersiapkan kelompok adalah mempersiapkan setting fisik dan sosial,
seperti ruangan untuk pertemuan kelompok, ruangan penerimaan, ruangan tamu,
susunan kursi, dan objek material lainnya, misalnya; papan tulis putih, spidol,
alat-alat permainan, peralatan relaksasi, perlengkapan olah raga, dll. Ruangan
sebaiknya jangan terlalu luas dan jangan pula terlalu sempit. Ruangan terlalu
luas dapat menimbulkan kesan tidak ada batas-batas, dan ruangan terlalu sempit
dapat menyebabkan kecemasan.
2) Si2. Tahap memulai suatu kelompok
Pekerja sosial harus belajar
menyatukan pengetahuan tentang fase –fase perkembangan kelompok dengan tahapan
proses pekerjaan social kelompok. Beberapa alas an mengapa pekerjaan sosial
harus berupaya memahami proses awal kelompok :
1.
Semua kelompok bergerak
melalui tahap pembentukan dan pekerja social memahami hal ini sebagai upaya –
upaya para anggota kelompok di dalam mengatasi penentuan tujuan – tujuan
kelompok, pemilihan aktivitas untuk mencapai tujuan – tujuan tersebut, serta
belajar saling mempercayai dan bekerjasama.
2.
Pekerja sosial dapat
belajar membedakan antara pola – pola yang sangat khas dengan pola – pola
lainnya yang menurut pekerja social dan anggota – anggota kelompok untuk
menetukan ukuran – ukuran khusu guna memelihara kelompok dari kerusakan.
Baik anggota kelompok maupun
pekerja social. Harus mengumpulkan informasi guna memilih cara – cara efektif
di dalam mewujudkan tujuan – tujuan kelompok.
Ø Proses
pembentukan kelompok
Pada
pertemuan awal kelompok, khususnya pada saat anggota kelompok belum saling
mengenal satu sam lain, hanya sedikit terjadi saling pertukaran pribadi, reaksi
– reaksi intim, maupun berbagai pengalaman – pengalaman. Disini lebih Nampak
bahwa para anngota berinteraksi satu sama lain di dalam cara – cara yang
berdasarkan atribut – atribut atau pengalaman – pengalaman yang sangat dangkal
Contoh
: para anggota akan berkomentar tentang berbagai kesamaan dan perbedaan tempat
dimana mereka tinggal dan mereka akan berbicara khususnya dengan orang – orang
yang mempunyai kesamaan di dalam hal – hal tertentu seperti umur, asal daerah
(ras), da jenis kelamin. Para anggota akan mencari orang lain di dalam kelompok
yang mempunyai minat yang sama seperti dalam hal olahraga, politik, keagamaan
atau aktivitas – aktivitas dalam waktu senggang.
Ø Keputusan
– keputusan tentang tujuan kelompok
Penentuan
tujuan kelompok merupakan hal yang sederhana seperti apabila suatu kelompok
dibentuk berkenaan dengan isu yang sangat khusus seperti meningkatkan ketegasan
atau kedewasaan orangtua. Anggota – anggota dalam keadaan ini memasuki kelompok
untuk mempelajari keterampilan – keterampilan social khusus atau teknik –
teknik berdisplin. Penentuan tujuan kelompok juga dapat menjadi suatu yang
rumit apabila anggota – anggota mempunyai alasan – alasan tambahan lainnya,
alternative atau bahkan alas an – alas an tersembunyi untuk bergabung dengan
kelompok . Satu contoh tentang alasan tersembunyi untuk bergabung dalam
kelompok adalah ketika anggota seorang kelompoang di bentuk untuk tujuan
meningkatkan perilaku asertif mempunyai harapan untuk memperoleh teman atau
pacar. Tujuan pembentukan kelompok yaitu untuk memilih suatu tujuan kelompok
yang mempunyai komitmen yang terkuat dari semua anggota.
Ø Assessmen
di dalam kelompok
Biasanya
bersamaan dengan penentuan tujuan, anggota – anggota kelompok akan menemukan
perlunya mengumpulkan berbagai macam informasi. Aktivitas ini dapat membantu
anggota – menyusun masalah – masalah
yang menjadi perhatian secara individual maupun kelompok. Pada kelompok yang
dirancang untuk mencapai tujuan treatment individual yang khusus, anggota –
anggota kelompok akan mencapai data berkenaan dengan sebab – sebab maupun
solusi terhadap masalah perilaku individual, sehingga membentuk suatu assessmen
tentang masalah – masalah perilaku individual anggota. Disamping assessmen yang
berorientasi anggota, proses pengumpulan data dapat di fokuskan pada
penganalisaan sistem – sistem lain seperti sekolah – sekolah, komunitas – komunitas
atau tempat – tempat pekerjaan keluarga anggota. Dalam tahap ini terdapat dua
tipe yaitu anteseden dan konsekuensi yang overt dan convert. Overt adalah
anteseden dan konsekuensi yang terjadi di dalam lingkungan, sedangkan convert
terjadi di dalam pikiran dan perasaan individual. Anggota – anggota yang telah
di ajarkan untuk mengenal anteseden dan konsekuensi melalui penjelasan istilah
– istilah tersebut kemudian di ikuti dengan contoh – contoh dan bermain peran
dan analisa karena anggota – anggota saling mengenal keadaan mereka satu sama
lain, maka kelompok merupakan tempat yang efektif untuk membentuk assessmen
perilaku.
Ø Penentuan
norma
Periode
pembentukan kelompok merupakan satu hal penting dalam kaitan dengan
pengembangan atau pembangunan norma. Norma yang ditanamkan pekerja social di
dalam kelompok adalah norma yang berasal dari nilai – nilai pekerjaan social,
tetapi norma yang lebih spesifik mengindikasikan tentang bagaimana anggota
kelompok mengharapkan satu sama lain untuk berperilaku. Norma – norma tersebut
yaitu :
1. Norma
yang ditetapkan oleh pekerja social untuk anggota kelompok adalah nilai sanksi
dan hak setiap anggota lainnya. Pekerja social membantu membangun norma ini
dengan membuat pernyataan tentang berharganya kontribusi setiap anggota
terhadap pekerjaan dan arah kelompok.
2. Untuk
nilai tentang tanggungjawab yang harus dilaksanakan anggota terhadap anggota
lainnya, pekerja social menetapkan norma bahwa anggota lainnya, pekerja social
menetapkan kepedulian terhadap anggota lainnya yaitu dengan mempermudah anggota
menggali perasaan mereka satu sama lain dan memadukannya dengan kriteria
kepedulian.
3. Nilai
lainnya di dalam pekerjaan social kelompok adalah hak untuk diterima apa adanya
( tanpa syarat ) dan oleh karenanya, hak untuk terdapat di dalam berbagai
pengalaman adalah kebutuhan yang harus dipenuhi.
Ø Reaksi
emosional dalam pembentukan kelompok
Masalah
emosional yang muncul dalam permulaan kelompok adalah konflik antara tertarik
terhadap kelompok dengan kecemasan tentang kelompok yang di alami secara
bersamaan. Pada faseawal kelompok sebagaimana juga pada saat-saat
pentinglainnya dalam, keberadaan kelompok, para anggota sering kali
mengembangkan suatu tradisi “berputar”, yaitu para anggota secara bergilir
berbagai perasaan merekaa. Karena berbagai perasaan sering berkaitan dengan
teman umum kelompok, maka prosedur ini membantu mempersiapkan cara untuk
berdiskusi.
Ø Relasi
Pekerja sosial dengan anggota kelompok
Perasaan
anggota kelompok menempatkan pekerja sosial pada posisi sentral. Karena
anggapan mereka tentang keahlian dan tanggung jawab pekerja sosial terhadap
kelompok menempatkan proporsi yang besar dalam berkomunikasi dalam pekerja
social dan mungkin menampilkan ketergantungan seseorang menyangkut pemecahan
masalah individu maupun kelompok. Banyak literature yang menunjukkan bahwa
hasil pertolongan sangat kuat berhubungan dengan tipe-tipe tingkah laku yang ditampilkan pekerja social yaitu empati,
kesungguhan (genuiness), dan kehangatan (warmth).
Ø Relasi
antar anggota kelompok
Perasaan
anggota satu sama lain terutama yang positif merupakan alasan utama mereka
untuk kembali pada kelompoknya. Kepercayaan bahwa mereka saling membangun juga
menjadi penentu utama dari kemampuan untuk menolong orang lain yang mempunyai
kesulitan personal atau kesulitan dalam tugas yaitu :
-
Mencari kesamaan
-
Berbicara satu sama
lain
-
Mengurangi distorsi
-
Mendengarkan dengan
cermat
Ø Struktu
selama pembentukan
Dalam
fase awal suatu kelompok adalah memungkinkan kelompok untuk memiliki jenis
struktur yang kondusif terhadap perkembangan selanjutnya dari keluarga.
Struktur kelompok berisi pola-pola relasi antar anggota. Terdapat tipe-tipe
struktur yaitu struktur sosiometris, struktur kekuasaan/daya, struktur
kepemimpinan dan struktur peran.
Ø Tujuan-tujuan
Individu dan Kelompok
Pekerja
sosial harus berupaya menjamin kesepakatan satu tujuan dari interaksi awal
adalah untuk mengidentifikasikan dan menyepakati tujuan individual maupun
kelompok.
Ø Kontrak
Group Work
Ide
tentang kontrak group work menggambarkan masalah etik yaitu bahwa
dimensi-dimensi pengalaman kelompok harus disepakati oleh anggota kelompok dan
bukan dipaksakan oleh pekerja sosial. Terdapat 5 tipe kontrak di dalam group
work :
-
Antara kelompok sebagai
keseluruhaan dengan lembaga
-
Antara kelompok dengan
pekerja sosial
-
Antara seorang anggota
kelompok dengan peksos
-
Antara seorang anggota
kelompok dengan anggota lainnya
-
Antara seorang anggota
dengan kelompok
3.
Tahap Transisi
Sebelum kelompok menghasilkan
pekerjaan yang produktif dan ekstensif, biasanya melampaui fase transisi
yang sulit, Pada tahap perubahan ini, anggota-anggota kelompok memiliki tugas
untuk belajar mengenal, menerima dan mengatasi kecemasan, penolakan, dan konflik.
Dalam hal
ini anggota-anggota kelompok harus:
a. Memutuskan
apakah mereka akan menginvestasikan diri mereka sepenuhnya dalam pengalaman
berkelompok
b. Menyadari adanya beberapa perasaan yang
sebelumnya hanya dirasakan samar-samar
c. Menguji
pemimpin kelompok dan anggota kelompok lainnya untuk menentukan tingkat
keamanan kelompok
d. Mengamati perilaku pemimpin kelompok untuk
menentukan kesesuaian antara yang diucapkan pemimpin kelompok dengan
perbuatannya
e. Merasa
ambivalen terhadap apa yang diinginkannya dari kelompok
f. Menjadi
lebih dapat menyesuaikan diri terhadap konflik yang mungkin terjadi di dalam
kelompok
g. Mempelajari pentingnya mengatakan apa yang
dirasakan dan dipikirkan tentang kelompok
4.
Tahap Akhir Kelompok
Beberapa kelompok mungkin berakhir pada saat yang sama untuk semua
anggotanya manakala dicapai kesepakatan bahwa manfaat yang optimum telah
dicapai. Kemungkinan mayoritas dari kelompok yang di pimpin oleh pekerja sosial
mempunyai sejumlah sesi yang pasti apakah kelompok jangka pendek dalam beberapa
bulan atau kelompok jangka panjang seperti sekolah. Jika tidak ada alasan kuat
yang bertentangan, seperti ketidakpastian kelompok atau kompleksitas panjangnya
waktu yang di gunakan untuk mencapai perubahan kepribadian seseorang, kami
lebih menyukai adanya batas waktu kelompok apakah singkat atau panjang. Ini
dikarenakan kami percaya bahwa batas waktu dapat memobilisasi energi dan
rencana kegiatan anggota untuk mencapai tujuan mereka jika batas waktunya masuk
akal. Hal lain yang sama, kita juga mendukung periode yang panjang karena
menurut ide yang dikembangkan oleh REID dan EPSTEIN akan berdampak pada
motivasi orang-orang untuk menerima bantuan manakala mereka mengalami ketidak
seimbangan di dalam kehidupannya dan lebih menyukai terminasi manakala
keseimbangan telah dicapai.
Kelompok yang mempunyai batas waktu terutama kelompok jangka pendek dengan
8-12 sesi, memulai proses terminasi awal. Anggota kelompok mengetahui waktu
pertemuan terakhir, sama halnya jika mereka menolak atau mencoba untuk
memperpanjangnya. Rencana dibuat untuk aktivitas dengan kesadaran akan kerangka
waktu yang memungkinkan untuk kelompok. Melalui kesadaran pula dapat dirasakan
kedalam hubungan diantara anggota kelompok. Sejak waktu akhir kelompok
diketahui didalam perkembangan kelompok. Anggota tidak akan terkejut manakala
peksos memunculkan isu untuk sesi terakhir. Terdapat perbedaan antara terminasi
kelompok dengan periode waktu yang memadai dan pengakhiran yang di tentukan
kemudian. Sekalipun demikian, jika apa yang di alami berdampak positif dan
anggota dapat mencapai tujuan,merupakan hal umum di dalam cara pekerja sosial
memfasilitasi proses terminasi dalam dua situasi tersebut dibanding dengan
situasi manakala kelompok mengalami kegagalan peristiwa lain yang tidak sama
adalah manakala terminasi ditimbulkan oleh keadaan yang tidak diantisipasi
seperti berhentinya pekerja sosial dari lembaga. Terminasi lain adalah manakala
anggota masuk dan meninggalkan kelompok pada saat yang berbeda, walaupun hal
itu direncanakan, seperti pada apa yang disebut “open ended group” .
Comments
Post a Comment