Definisi anak terlantar
A.
Definisi Anak Terlantar
Anak
adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun termaksud anak yang masih dalam
kandungan.
Anak adalah
orang yang dalam perkara anak nakal telah mencapai umur 8 (delapan) tahun
tetapi belum mencapai umur 18 (delapan belas) tahun dan belum pernah kawin.
Merujuk dari Kamus
Umum Bahasa Indonesia mengenai pengertian anak secara etimologis diartikan
dengan manusia yang masih kecil ataupun manusia yang belum dewasa.
Anak terlantar adalah anak yang karena suatu sebab orang
tuanya melalaikan dan atau tidak mampu melaksanakan kewajibannya sehingga
kebutuhan anak baik jasmani, rohani maupun sosialnya tidak terpenuhi.
Anak terlantar adalah anak
yang berusia 5-18 tahun yang karena sebab tertentu (karena beberapa
kemungkinan: kemiskinan, salah seorang dari orang tua/wali sakit, salah
seorang/kedua orang tua/wali pengasuh meninggal,keluarga tidak harmonis, tidak
ada pengasuh)sehingga tidak dapat terpenuhinya kebutuhan dasar dengan wajar
baik jasmani, rohani , maupun sosial.
Anak
Terlantar adalah anak karena suatu sebab orangtuanya melalaikan kewajibannya
sehingga kebutuhan anak tidak dapat terpenuhi dengan wajar baik secara rohani,
jasmani dan sosial yang dimaksud anak terlantar adalah anak yang tinggal dalam
keluarga miskin usia sampai dengan 18 tahun.
B.
Ciri-ciri Anak Terlantar
Ciri-ciri anak terlantar adalah sebagai
berikut :
·
Laki-laki
atau perempuan berusia 5-18 tahun
·
Anak
yatim piatu, baik masih mempunyai kedua orang tua
·
Tidak
terpenuhinya kebutuhan dasar
·
Anak
yang terlahirdari pemerkosaan, tidak ada yang mengurus dan tidak mendapatkan
pendidikan.
Menurut
Keputusan Menteri Sosial RI. No. 27 Tahun 1984 terdapat beberapa karakteristik
atau ciri-ciri anak terlantar yaitu:
·
anak (Laki-laki/perempuan) usia 5-18
tahun
·
Tidak memiliki
ayah, karena meninggal (yatim), atau ibu karena meninggal tanpa dibekali secara
ekonomis untuk belajar, atau melanjutkan pelajaran pada pendidikan dasar.
·
Orang tua sakit-sakitan
dan tidak memiliki tempat tinggal dan pekerjaan yang tetap. Penghasilan tidak
tetap dan sangat kecil serta tidak mampu membiayai sekolah anaknya.
·
Orang tua yang tidak memiliki tempat tinggal
yang tetap baik itu rumah sendiri maupun rumah sewaan.
·
Tidak memiliki ibu dan bapak (yatim piatu),
dan saudara, serta belum ada orang lain yang menjamin kelangsungan pendidikan
pada tingkatan dasar dalam kehidupan anak.
·
Tidak terpenuhi
kebutuhan dasarnya
·
Anak yang lahir karena tindak
perkosaan, tidak ada yang mengurus dan tidak mendapat pendidikan.
C.
Klasifikasi Anak Terlantar
Anak terlantar masuk dalam klasifikasi
masalah sosial non-Patologis yang mengacu pada masalah yang bersifat penyakit
sehingga relative lebih mudah mengatasinya.
Tetapi
jika masalah ini tidak segera ditangani dengan seksama masalah ini dapat
menjadi masalah sosial yang bersifat patologis yang sulit untuk dipecahkan dan
berhubungan dengan kehidupan masyarakat itu sendiri.
D.
Penyebab Anak Menjadi Anak Terlantar
Faktor yang menjadi penyebab mengapa si anak
menjadi anak terlantar, antara lain :
1. Faktor
keluarga
Keluarga
adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri dan
anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya (UU no 10 tahun
1992). dimana keluarga ini merupakan faktor yang paling penting yang sangat berperan dalam
pola dasar anak. kelalaian orang tua terhadap anak sehingga anak merasa
ditelantarkan. anak-anak sebetulnyahanya membutuhkan perlindungan, tetapi juga
perlindungan orang tuanya untuk tumbuh berkembang secara wajar.
2. Faktor
pendidikan
Di lingkungan masyarakat miskin pendidikan
cenderung diterlantarkan karena krisis kepercayaan pendidikan dan juga
ketidakadaan biaya untuk mendapatkan pendidikan.
3. Faktor
sosial, politik dan ekonomi
Akibat situasi krisis ekonomi yang tak kunjung
usai, pemerintah mau tidak mau memang harus menyisihkan anggaran untuk
membayar utang dan memperbaiki kinerja perekonomian jauh lebih banyak daripada
anggaran yang disediakan untuk fasilitas kesehatan, pendidikan, dan
perlindungan sosial anak.
4. Kelahiran
diluar nikah
Seorang anak yang kelahirannya tidak dikehendaki
pada umumnya sangat rawan untuk ditelantarkan dan bahkan diperlakukan salah
(child abuse). pada tingkat yang ekstremperilaku penelantaran anak bisa berupa
tindakan pembuangan anak untuk menutupi aib atau karena ketidak sanggupan orang
tua untuk melahirkan dan memelihara anaknya secara wajar.
Masalah paling
mendasar yang dialami oleh anak terlantar adalah kecilnya kemungkinan untuk
mendapatkan kesempatan dibidang pendidikan yang layak. Hal ini disebabkan
karena beberapa faktor yaitu :
1.
Ketiadaan biaya; sebagian besar anak
terlantar berasal dari keluarga dengan strata ekonomi yang sangat rendah,
sehingga biaya pendidikan yang seharusnya disediakan oleh keluarga tidak
tersedia sama sekali .
2.
Keterbatasan waktu; untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari, sebagian besar anak terlantar bekerja secara
serabutan untuk mendapatkan penghasilan, bahkan ada juga yang berusaha untuk
mendapatkan penghasilan dari cara-cara yang kurang pantas seperti mengemis,
mencuri, mencopet dan lain- lain. Sehingga waktu mereka sehari-hari banyak
tersita di tempat pekerjaan, jalanan, tempat-tempat kumuh dan lain-lain.
3.
Rendahnya kemauan untuk belajar;
kondisi ini disebabkan oleh keadaan lingkungan di sekitarnya (teman-teman) yang
didominasi oleh anak-anak yang tidak bersekolah (putus sekolah), sehingga
menyebabkan adanya perspektif dalam diri anak terlantar bahwa tidak mendapatkan
pendidikan yang formal bukanlah suatu hal yang perlu dicemaskan.
4.
Apatisme terhadap pendidikan,
kemampuan mereka untuk menghasilkan uang dalam waktu yang singkat menyebabkan
mereka aptis terhadap pendidikan. Sangat disayangkan sebenarnya, karena tidak
selamanya mereka harus ada dijalan untuk mengais rejeki, dan pada saat nanti
mereka memutuskan untuk keluar dari lingkungan anak jalanan maka modal
pendidikan sangat diperlukan.
5.
Tidak berjalannya fungsi control
oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah; kondisi ini disebabkan karena
masing-masing disibukkan dengan aktifitasnya masing-masing.
Berdasarkan kondisi anak
terlantar yang telah dipaparkan di atas, maka permasalahan yang dialami oleh
anak terlantar dapat dirumuskan sebagai berikut :
a.
Anak
terlantar turun ke jalan karena adanya desakan ekonomi keluarga sehingga justru
orang tua menyuruh anaknya untuk turun ke jalan guna mencari tambahan untuk
keluarga. Hal ini terjadi karena tidak berfungsinya keluarga dalam memenuhi
kebutuhan keluarga. Juga disebabkan karena fokus keuangan keluarga terbatas
hanya pemenuhan kebutuhan sehari-hari, bukan untuk pendidikan.
b.
Rendahnya
pendidikan orang tua anak terlantar sehingga mereka tidak mengetahui fungsi dan
peran sebagai orang tua dan juga ketidaktahuannya mengenai hak-hak anak.
c.
Belum
adanya payung kebijakan mengenai anak yang turun ke jalan baik kebijakan dari
kepolisian, Pemda, maupun Departemen Sosial.
d.
Belum
optimalnya social control di dalam masyarakat.
e.
Belum
berperannya lembaga-lembaga organisasi sosial, serta belum adanya penanganan
yang secara multi sistem base.
f.
Lingkungan
sosial tempat anak terlantar tinggal tidak mendukung mereka dari sisi mental
psikologis untuk masuk ke sekolah formal
g. Kurangnya apresiasi masyarakat terhadap potensi dan kreatifitas dari anak terlantar.
g. Kurangnya apresiasi masyarakat terhadap potensi dan kreatifitas dari anak terlantar.
E.
Dampak dari Anak Terlantar
·
Dampak bagi individu (anak terlantar)
o
Anak merasa kasih
sayang orang tua yang didapatkan tidak utuh, anak akan mencari perhatian dari
orang lain atau bahkan ada yang merasa malu, minder, dan tertekan. Anak-anak
tersebut umumnya mencari pelarian dan tidak jarang yang akhirnya terjerat
dengan pergaulan bebas. Selain itu juga mengakibatkan anak kurang gizi, kurang perhatian, kurang pendidikan, kurang kasih sayang
dan kehangatan jiwa, serta kehilangan hak untuk bermain, bergembira,
bermasyarakat, dan hidup merdeka, atau bahkan mengakibatkan anak-anak dianiaya
batin, fisik, dan seksual oleh keluarga, teman, orang lain lebih dewasa.
·
Dampak bagi keluarga
o Dampak bagi
keluarga yaitu keluarga menjadi tidak harmonis (khususnya orang tua), keluarga
menjadi tidak utuh, anak tidak diberikan haknya oleh orang tua (hak memperoleh
pendidikan, hak mendapatkan kasih sayang orang tua,dll), mementingkan
kepentingan masing-masing, tidak berfungsinya control keluarga terhadap anak
sehingga anak cenderung bebas dan berperilaku sesuai keinginannya bahkan sampai
melanggar norma.
·
Dampak terhadap masyarakat
o Masyarakat memandang
bahwa setiap anak terlantar itu pastilah sama halnya dengan anak nakal yang
selalu melanggar norma-norma yang ada di masyarakat. Selain itu kontol
masyarakat secara kontinyu kepada anak terlantar ini juga masih kurang dan cenderung hanya
mementingkan kepentingan masing-masing.
F. Program Penanganan / Pelayanan
Sosial Bagi Anak Nakal
Program Kesejahteraan Sosial Anak
bagi anak terdiri atas 3 (tiga) kegiatan yang dilakukan secara simultan dan
saling mendukung satu-sama lain, yaitu:
1.
Kegiatan Layanan Pemenuhan Dasar
Layanan stimulasi pemenuhan kebutuhan dasar anak penerima manfaat PKSA dilakukan dalam bentuk layanan pemenuhan kebutuhan nutrisi/makanan bergizi dan pemenuhan kebutuhan peralatan belajar.
Layanan stimulasi pemenuhan kebutuhan dasar anak penerima manfaat PKSA dilakukan dalam bentuk layanan pemenuhan kebutuhan nutrisi/makanan bergizi dan pemenuhan kebutuhan peralatan belajar.
2.
Kegiatan Layanan Kesiapan Belajar
Kegiatan ini dikenal dengan nama lain pendidikan transisional. Kegiatan yang berupaya mencegah anak putus sekolah dan/atau tinggal kelas serta mempersiapkan anak yang putus sekolah untuk memasuki sistem pendidikan formal dan/atau nonformal. Kegiatan ini mencakup 2 (dua) model layanan:
a. Layanan Remedial (Remedial)
Layanan ini diberikan dalam rangka mencegah anak putus sekolah dan/atau tinggal kelas.
b. Layanan perantaraan dan/atau penghantaran (Bridging Course)
Layanan ini diberikan dalam rangka mempersiapkan anak yang putus sekolah untuk memasuki sistem pendidikan formal dan/atau nonformal.
Kegiatan ini dikenal dengan nama lain pendidikan transisional. Kegiatan yang berupaya mencegah anak putus sekolah dan/atau tinggal kelas serta mempersiapkan anak yang putus sekolah untuk memasuki sistem pendidikan formal dan/atau nonformal. Kegiatan ini mencakup 2 (dua) model layanan:
a. Layanan Remedial (Remedial)
Layanan ini diberikan dalam rangka mencegah anak putus sekolah dan/atau tinggal kelas.
b. Layanan perantaraan dan/atau penghantaran (Bridging Course)
Layanan ini diberikan dalam rangka mempersiapkan anak yang putus sekolah untuk memasuki sistem pendidikan formal dan/atau nonformal.
3.
Kegiatan Layanan Dukungan
Layanan ini didesain dalam rangka memperkuat layanan pemenuhan kebutuhan dasar dan layanan kesiapan belajar anak, mencakup aspek hak-hak dan perlindungan anak.
Layanan ini didesain dalam rangka memperkuat layanan pemenuhan kebutuhan dasar dan layanan kesiapan belajar anak, mencakup aspek hak-hak dan perlindungan anak.
v Ada 3 kegiatan layanan:
a) layanan pemenuhan kebutuhan dasar
b) layanan kesiapan belajar anak
c) layanan dukungan
v Layanan Pemenuhan Kebutuhan Dasar
Beberapa pertimbangan mendasar disediakannya layanan pemenuhan kebutuhan dasar, adalah:
Beberapa pertimbangan mendasar disediakannya layanan pemenuhan kebutuhan dasar, adalah:
a) Layanan stimulasi pemenuhan
kebutuhan dasar dipandang perlu diberikan kepada anak yang memerlukan
perlindungan khusus yang berada dalam kategori rentan putus sekolah dan yang
sudah putus sekolah.
b) Permasalahan yang dialami anak dapat
berasal dari faktor internal dan eksternal seperti gangguan perkembangan fisik
dan kemiskinan keluarga, dan sebagainya.
v Bentuk Layanan
Layanan stimulasi pemenuhan kebutuhan dasar anak, antara lain berbentuk:
Layanan stimulasi pemenuhan kebutuhan dasar anak, antara lain berbentuk:
a) Bimbingan dan konsultasi tentang
perilaku dan pola konsumsi sehat dalam keluarga dan pemeliharaan lingkungan;
b) Pemantauan upaya pemenuhan
gizi/nutrisi dan sanitasi keluarga anak agar menunjang tumbuh kembang anak.
c) Penyediaan perlengkapan belajar.
G. Potensi dan Sistem Sumber
bagi Anak Terlantar
1. Sistem
Sumber Informal (natural resource systems)
Sistem
sumber informal atau alamiah dapat berupa keluarga, teman, tetangga, maupun
orang lain yang bersedia membanru. Bantuan yang dapat diperoleh dari sumber
alamiah adalah dukungan emosional, kasih sayang, nasehat, informasi dan
pelayanan-pelayanan konkgkrit lainnya.
2.
LSM
Anak
terlantar harus tetap sekolah dengan cara sekolah di waktu senggang hal ini
dilakukan agar anak tersebut tetap mendapat pendidikan yang layak dan memadai
walaupun untuk menyadarkan anak-anak untuk sekolah masih sulit tetapi semakin
hari semakin bertambah yang berminat untuk sekolah. Tidak kalah beratnya juga
untuk menyadarkan orangtua agar anak-anak mereka tetap sekolah dengan berbagai
penjelasan sehingga orang tua anak tersebut mendukung anaknya untuk sekolah.
Untuk menangani anak terlantar, lembaga tersebut belum ada kerjasama dengan
lembaga pemerintahan atau lembaga lainnya, dalam soal dana lembaga tersebut
mencari donatur-donatur yang bersedia membantunya.
3. Panti
Asuhan
Keberadaan
panti asuhan sebagai lembaga sosial, menjadi salah satu jawaban terhadap
masalah yang dialami anak terlantar. Di panti asuhan, seorang anak bisa
mendapatkan dunianya kembali melalui program-program yang diselenggarakan
disana. Bahkan si anak bisa mengakses pendidikan, yang menjadi barang mahal
bagi keluarga si anak sebelumnya. Ditambah kekuatan dogma agama dalam menyuruh
umatnya untuk beramal, keberadaan panti asuhan yang senantiasa mendapatkan
aliran dana dari masyarakat tentu saja akan sangat bermanfaat bagi
keberlangsungan hidup si anak tersebut.
4. Orangtua
Asuh
Sistem
orangtua asuh bisa jadi menjadi salah satu jawaban. Bedanya system ini lebih
membutuhkan inisiatif pribadi si orangtua asuh. Konsekuensinya pelayanan
terhadap anak akan lebih maksimal karena biasanya si orangtua keadaannya lebih
mapan. Bahkan kalau dihitung ongkos efisien per orang, angkanya jauh lebih
besar daripada di panti asuhan.
H. Pendekatan yang digunakan
Dalam Penangan Anak Terlantar
Pendekatan
yang digunakan peksos adalah pendekatan secara individu. Diantaranya adalah :
1)
Peranan
sebagai Motivator
Pekerja sosial berperan suntuk memberikan motivasi
kepada anak terlantar dan orang tuanya untuk mengatsi permasalahan yang
dialami.
2)
Peranan
sebagai Enabler
Pekerja
sosial berperan sebagai pemungkin dalam membantu dan meyakinkan anak terlantar
dan orantuanya bahwa mereka memiliki kemampuan untuk mengatasi permasalahan
yang dihadapi dengan pemanfaatan berbagai sistem sumber yang ada.
3)
Fasilitator
Peran
pekerja sosial memfasilitasi anak terlantar dan orangtuanya untuk mampu
melakukan perubahan yang telah ditetapkan dan disepakati bersama.
4)
Broker
Dalam
mengatasi masalah yang dihadapi anak terlantar, maka pekerja sosial berperan
untuk menghubungkan mereka dengan berbagai system sumber dalam memenuhi
keinginan mereka untuk memperoleh keuntungan maksimal.
5)
Mediator
Pekerja
sosial dapat memerankan sebagai fungsi mediator untuk menjembatani antara
anggota kelompok dan sistem lingkungan yang menghambatnya. Kegiatan yang
dilakukan sebagai mediator yaitu menghubungkan anak terlantar dan keluarganya
dengan sistem sumber yang ada dalam masyarakat baik sistem sumber informal
maupun formal.
6)
Advocate
Peran advocate atau pembelaan merupakan salah satu
praktek pekerjaan sosial yang bersentuhan dengan kegiatan politik. Peran
ini dilakukan untuk memperjuangkan hak-hak dan kewajiban anak terlantar.
Tolong sumbernya dicantumkan min
ReplyDeletemenegentaskan masalah sosial ditengah masyarakat menjadi pandangan khusus bagi kita bersama, apalagi masalah ekonomi, pendidikan, dan yang lainnya. tak cukup hanya dari kreativitas dari Tenaga Kesejahteran Sosial baik itu TKSK mapun PSM yang telah ditunjuk oleh kementrian dilapangan serta program yang telah dibuat oleh kementrian/Dinas Sosial Provinsi dan Kab/Kota.
ReplyDeletebeberapa kali kami mencoba membuat terobosan bagaimana bisa menciptakan masyarakat yang makmur dan mendapatkan artikulasi sila ke 5 dari Pancasila yaitunya Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia agar ada gerakan penurunan angka kemiskinan dari tahun ketahun secara draktis, namun hal ini hanya bisa bergerak sesuaid engan apa yang ditugaskan.
Program dari Kementrian kami sangat puas, namun dukungan dari PEMDA yang membuat kami berbeda, baik masalah kiinerja maupun Program yang dibuat oleh PEMDA setempat. kita sangat berharap sekali, data real ini bisa di entri secepat munkin agar program yang akan diluncurkan pada tahun 2015 ini bosa tepat sasaran.
kami berharap BPS bisa bekerja dengan TKSK agar ada sinkronisasi dalam masalah pendataan real...
ReplyDeleteiya sumber daftar pustaka tlg di cantumkan
ReplyDeleteTrimaksih...salam pekerja sosial dari smk7 SKA
ReplyDelete