Mencapai Perubahan Individu melalui Kelompok



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Perubahan perilaku merupakan usaha sadar dan disengaja dari individu yang bersangkutan. Begitu juga dengan hasil-hasilnya, individu yang bersangkutan menyadari bahwa dalam dirinya telah terjadi perubahan, misalnya pengetahuannya semakin bertambah atau keterampilannya semakin meningkat, dibandingkan sebelum dia mengikuti suatu proses belajar. Misalnya, seorang mahasiswa yang masuk kedalam suatu kelompok. Dia menyadari bahwa dia sedang berusaha beradaptasi dengan kelompok itu. Begitu juga, setelah mencapai perubahan individu melalui kelompok, dia menyadari bahwa dalam dirinya telah terjadi perubahan perilaku, dengan memperoleh sejumlah pengetahuan, sikap dan keterampilan yang berhubungan dengan kelompoknya.
Sebagai pekerja sosial kita harus bisa menciptakan suatu kondisi tertentu dalam suatu kelompok tentang bagaimana dia akan membawa manfaat terhadap keseluruhan kelompok ataupun sebadian dari kelompok. Pekerja sosial juga harus bisa mengamati kondisi yang di rasakan individu terhadap kelompoknya baik itu kenyamanan dalam kelompok tersebut maupun ketidak nyamanan dalam kelompok itu. Pekerja sosial juga harus tahu hal-hal apa saja yang dibutuhkan dalam proses pencapai pengubahan individu dalam kelompok dengan cara mengetahui kriteria apa saja yang diperlukan suatu kelompok agar suatu individu mendapatkan suatu perubahan. Dan karena pada dasarnya manusia itu unik jadi pekerja sosial sebaiknya mengenali sifat-sifat yang ada dalam klien dan menyesuaikan kelompok yang akan klien masuki berdasarkan sifat bawaan klien.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa perubahan individu (tujuan) yang dicapai melalui kelompok?
2.      Apa saja bentuk intervensi individual yang dilakukan?
3.      Apa saja faktor yang mempengaruhi penggunaan kelompok dalam upaya mencapai perubahan individu?
4.      Bagaimana tahap-tahap perubahan individu?
5.      Apa alasan pekerja sosial memberi intervensi kepada lingkungan dalam upaya mencapai perubahan individu?
6.      Bagaimana peran pekerja sosial dalam melakukan intervensi kepada lingkungan untuk mencapai perubahan individu?

C.    Tujuan Penulisan
1.      Mengetahui apa saja perubahan individu (tujuan) yang dicapai melalui kelompok.
2.      Mengetahui bentuk-bentuk ntervensi individual yang dilakukan.
3.      Memahami faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan kelompok dalam upaya mencapai perubahan individu.
4.      Memahami tahap-tahap perubahan individu.
5.      Mengetahui alasan pekerja sosial memberi intervensi kepada lingkungan dalam upaya mencapai perubahan individu.
6.      Memahami peran pekerja sosial dalam melakukan intervensi kepada lingkungan untuk mencapai perubahan individu.



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Perubahan Individu yang Dicapai Melalui Kelompok
Pekerja sosial mungkin berpendapat bahwa menciptakan suatu kondisi tertentu dalam suatu kelompok, akan membawa suatu manfaat bagi seluruh atau sebagian besar anggota kelompok tersebut. Walaupun sampai saat ini tidak terdapat suatu bukti yang cukup kuat untuk mendukung proposisi tersebut, akan tetapi kondisi-kondisi tertentu seperti proses demokratik, partisipasi anggota kelompok yang tinggi, norma-norma keterbukaan diri, atau kombinasi dari kondisi-kondisi kelompok tersebut akan membantu ke arah pencapaian tujuan yang telah ditentukan sendiri oleh anggota. Kondisi-kondisi ini mungkin dapat diharapkan oleh anggota, dan mungkin merupakan kondisi yang sangat penting dalam mencapai perubahan individual, akan tetapi hal ini saja tidaklah mencukupi.
Secara luas, seorang individu akan meminta bantuan kepada kelompok terutama untuk mencapai salah satu atau lebih dari tujuan-tujuan berikut ini:
1.      Untuk meningkatkan kemampuan dalam menciptakan atau mengembangkan suatu relasi persahabatan.
2.      Untuk meningkatkan kemampuan dalam menciptakan kemandirian secara tepat. Hal ini memungkinkan individu yang bersangkutan untuk bertanggungjawab atas seluruh kegiatan yang dilakukannya, berupaya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya sendiri, serta melakukan aktivitas-aktivitas yang sesuati dengan nilai-nilainya sendiri.
3.      Untuk memperoleh keterampilan dalam melakukan interaksi sosial seperti keterampilan dalam menciptakan relasi, keterampilan dalam berkomunikasi secara efektif, keterampilan memecahkan konflik keterampilan bekerjasama, ataupun keterampilan dalam menerima serta memberikan umpan balik (feedback) dari orang lain dan sebagainya.
4.      Belajar untuk menghadapi stress akibat perubahan peran sehubungan dengan tahapan baru dalam kehidupannya, atau stress yang diakibatkan oleh peranan-peranan baru yang disandangnya, seperti peran sebagai duda/janda, sebagai orang tua, sebagai murid baru, dan sebagainya.
5.      Untuk memecahkan masalah tertentu dengan memanfaatkan pengalaman-pengalaman orang lain dalam kelompok, selain itu juga belajar untuk memecahkan masalah yang dihadapi secara lebih efektif.
6.      Untuk mengubah situasi-situasi sosial yang menekannya, dengan cara bergabung dengan orang lain dalam dalam suatu kelompok yang memiliki tujuan yang sama serta bekerjasama secara kolektif untuk mencapai tujuan tersebut.
7.      Untuk mengembangkan minat-minat baru serta keterampilan-keterampilan baru dalam suatu aktivitas sosial.
Dalam mencapai tujuan-tujuan ini, anggota kelompok ini akan berinteraksi dengan pekerja sosial, dengan anggota kelompok, dengan sub-sub kelompok, dengan seluruh anggota, atau dengan orang lain dalam lingkungan kelompok tersebut. Pekerja sosial mungkin juga harus berinteraksi dengan lingkungan kelompok tersebut atas nama anggota kelompok.
Proses mengubah diri seseorang atau mengubah suatu situasi sosial ini dapat mencakup suatu upaya perubahan terhadap kesadaran anggota tentang diri sendiri maupun kesadaran anggota tentang orang lain, perubahan terhadap pemahaman anggota tentang suatu peristiwa yang terjadi, perasaan-perasaannya, sikap-sikapnya, serta perilaku-perilakunya.
Seluruh pengalaman anggota dalam kelompok ini diasumsikan akan memiliki kesamaan atau pararel dengan interaksi anggota tersebut dengan orang lain diluar selompok ini, sama atau juga akan terjadi pada saat dia berinteraksi dengan orang lain dia luar anggota kelompok.
Seluruh pembahasan tersebut diatas memiliki implikasi, bahwa kita dapat menunjukan cara untuk mencapai suatu perubahan pada diri individu melalui intervensi pekerja sosial seacara sistematis. Intervensi ini sering kali disebut sebagai intervensi individual satu persatu. Intervensi ini tentu saja harus dilandasi oleh suatu assessment terhadap masalah-masalah yang dialami oleh anggota secara individual. Selain itu juga didasari oleh suatu bentukan perencanaan yang sangat terindividualisasi. Walaupun demikian, proses perubahan yang dilakukan ini sangat tergantung pada situasi kelompok yang ada atau yang aktual.
Proses-proses individual, sub-sub kelompok, maupun seluruh proses kelompok, terjadi secara simultan dan silih berganti secara sangat cepat, dengan demikian pekerja sosial diharapkan untuk mengontrol/mengendalikan secara aktif terhadap seluruh proses-proses tersebut. Perhatian utama dari pekerja sosial dalam hal ini adalah berupaya untuk mengembangkan suatu cara untuk mengidentifikasi segala potensi perubahan individual dalam suatu situasi yang aktual. Selain itu pekerja sosial juga berupaya untuk melakukan seluruh kegiatan-kegiatannya dengan penuh kesadaran diri untuk mencapai tujuan tertentu, serta memahami bagaimana cara melakukannya.
Situasi kelompok merupakan salah satu dari banyak peristiwa yang dapat digunakan dalam mencapai upaya perubahan yang akan dilakukan. Tidak ada satu aspek pun dalam kelompok yang dapat dijadikan sebagai satu-satunya sumber perubahan.
Dengan demikian pekerja sosial tidak perlu merasa cemas akan kehilangan kesempatan tersebut, karena selalu masih ada kesempatan lain yang dapat dimanfaatkan.
B.     Interaksi (Individual) Satu Persatu
Isu pokok bagi pekerja sosial ialah, apakah interaksi sutu persatu ini telah terjadi secara cukup memadai antara pekerja sosial dengan anggota kelompok. Banyak pekerja sosial yang meyakini bahwa interaksi itu bakal merusak proses saling tolong-menolong dimana anggota dapat memperoleh bantuan atau pertolongan yang dibutuhkan dari anggota lain melalui keterlibatannya dalam proses kelompok, bukan dari pekerja sosial.
Suatu keputusan yang sulit harus diambil oleh pekerja sosial. Untuk menentukan apakah anggota kelompok tertentu akan dibantu melalui interaksi satu persatu, atau dibantu melalui pemberian pengaruh pada proses kelompok, sehingga proses kelompok inilah yang nantinya akan membantu individu tersebut. Keputusan ini harus diambil berdasarkan penelaahan secara seksama atas situasi spesifik yang dihadapi. Berikut ini adalah beberapa kriteria yang dapat digunakan untuk mengambil keputusan atas isu pokok tersebut:
1.      Apakah kelompok tersebut telah siap untuk melaksanakan kegiatan yang akan memberikan manfaat bagi anggotanya? Kelompok tersebut mungkin masih terlalu sibuk dengan tugas-tugas administrative awal yang cukup memberatkan, atau jumlah anggota kelompok yang membutuhkan perhatian individual mungkin terlalu banyak, atau kelompok tersebut mungkin memiliki suatu sikap tertentu kepada anggotanya yang kurang menguntungkan, dan sebagainya. Pada situasi seperti ini seringkali pekerja sosial harus berinteraksi secara langsung dengan anggota individual yang membutuhkannya.
2.      Apakah masalah yang dihadapi oleh anggota tersebut memiliki sifat “krisis”, dimana penundaan pemberian bantuan secara segera akan menimbulkan dampak yang sangat serius? Pekerja sosial mungkin dapat mencoba untuk mengubah beberapa kondisi kelompok, apabila anggota dinilai dapat menunggu pemberian pertolongan untuk beberapa saat. Pekerja sosial dengan demikian menempati posisi untuk menimbang bagaimana dampak yang harus ditanggung selama menunggu sampai kelompok dirasa untuk memberikan bantuannya.
3.      Adakah dampak negatif, dalam jangka panjang jika salah satu anggota kelompok tersebut diberi perhatian secara khusus melalui suatu interaksi satu persatu? Kita telah memahami adanya suatu fenomena “murid kesayangan”. Fenomena ini akan menyebabkan dua kemungkinan. Pertama, anggota lain mungkin akan mengembangkan sikap permusuhan dengan anggota yang diberi perhatian secara khusus. Kemungkinan kedua, justru anggota kelompok akan terlibat dalam membantu orang yang bermasalah.
4.      Adakah dampak negatif dalam jangka panjang bagi kelompok jika pekerja sosial memberikan pertolongan/bantuan kepada anggota melalui interaksi satu persatu? Alasan pekerja sosial untuk menggunakan kelompok adalah sebagai sumber perubahan yang tidak dimiliki oleh pendekatan pertolongan satu persatu, dengan demikian peranan pekerja sosial adalah membantu kelompok agar dapat membantu dirinya sendiri. Pertolongan dengan menggunakan pendektan satu persatu dapat digunakan oleh pekerja sosial, akan tetapi pendekatan ini bukan merupakan piihan utama.
5.      Apakah bantuan yang diberikan kelompok terhadap salah satu anggotanya akan memiliki dampak yang serius bagi anggota lain? Seorang anggota kelompok mungkin memiliki permasalahan yang djika dipecahkan oleh kelompk, mungkin aka memiliki dapmak membahayakan bagi anggota lainnya.
6.      Adakah alasan-alasan logis yang memberikan jaminan atas kerahasiaan masalah yang dihadapi oleh individu yang bersangkutan? Pengungkapan seorang anggota tentang suatu masalah mungkin mengharuskannya untuk memberikannya informasi kepada kelompo yang mungkin sangat merugikan. Jika penggunaan proses kelompok dalam memcahkan kasus sseorang anggota dianggap akan merusak kerahasiaannya, maka interaksi satu persatu dapat menjadi piliha utamanya.
7.      Bentuk pertolongan manakah (individual atau kelompok) yang sekiranya lebih potensial untuk memcahkan masalah? Jika kelompok dipersiapkan sedemikian rupa untuk memcahkan masalah, maka pengaruh interaksi anggota kelompok dapat lebih bermanfaat dibandingkan dengan pengaruh yang diberikan oleh pekerja sosial saja. Kecuali kelompok tersebut memang sedang dilanda pertikaian atau konflik yang parah, atau jika kelompok tersebut memang kurang berpotensi untuk membahas persoalan yang dihadapi, atau jika anggota yang bermasalah tersebut diisolasi oleh anggota kelompok lainnya.
Setelah mempertimbang kriteria tadi, maka pekerja sosial masih harus memutuskan apakah interaksi satu persatu tersebut harus dilakukan diluar kelompok atau dengan dihadiri kelompok lain. Intervensi individual didalam kelompok mau tidak mau akan didengar, diperhatikan, dan dicermati oleh anggota lain dan dengan demikian efek dari intervensi tersebut mungkin akan sangat berbeda dengan intervensi case work yang hanya dihadiri oleh pekerja sosial dengan klien saja secara pribadi. Beberapa bentuk intervensi satu persatu dapat diuraikan sebagai berikut:
1.      Mengubah pemikiran-pemikiran dan keyakinan
Anggota kelompok mungkin memiliki suatu anggapan yang kurang raisonal dan mengakibatkan dirinya membuat penilaian-penilaian terhadap dirinya sendiri sesuai dengan pemikiran tersebut. Elis dan Haper telah mengembangkan serangkaian teknik yang dapat digunakan oleh pekerja sosial untuk mengubah atau memodifikasi pernyataan-pernyataan yang menggambarkan keyakinan yang irasional. Secara umum teknik ini diarahkan untuk mendorong orang yang mengidentifikasinya menunjukan kapan keyakinan irasional tersebut secara eksplisit maupun implisit terekspresikan dan selanjutnya pekerja sosial memberikan alternatif keyakinan lain yang lebih rasional dan dapat dijangkau.
2.      Meningkatkan kesadaran
Salah satu teknik untuk meningkatkan kesadaran adalah “konfrontasi” (confrontation). Teknik ini merupakan salah satu bentuk intervensi dengan memberikan pernyataan-pernyataan secara akrab dan hangat kepada anggota kelompok mengenai perasaan-perasaan, pikiran-pikiran, atau perilaku-perilaku yang menghambat kesadarannya. Tekik konfrontasi ini dapat membantu anggota kelompok untuk mengungkapkan kecemasan serta emosinya kepada pekerja sosial.
Teknik lain yang dapat digunakan untuk meningkatkan kesadaran adalah “interprestasi” (interprestarion). Teknik ini harus dipandang sebagai suatu proses, bukan sekedar pernyataan tunggal proses ini merujuk pada kesadaran anggota kelompok akan adanya hubungan antara dua rangkaian persitiwa yang saling kait-mengkait. Teknik ketiga yang dapat digunakan dalam meningkatkan kesadaran adalah dengan merubah “atribusi” (Attribution). Atribusi ini merupakan suatu kesadaran yang dimiliki oleh anggota kelompok yang berasal dari dalam dirinya sendiri maupun berasal dari lingkungannya mengenai hakikat dan penyebab munculnya suatu persitiwa. Teknik ini seringkali disebut “Reframing”.
3.      Memberikan penguatan (reinforcement)
Bentuk-bentuk peguatan ini dapat dalam bentuk verbal seperti pujian, bentuk fisik seperti sentuhan hangat pada lengan/tangan, bentuk material seperti uang atau barang. Bentuk lain dari penguatan ini dapat juga berupa penolakan atau kritk atas perilaku yang ditampilkan oleh anggota.
4.      Memberikan model
Pekerja sosial dapat juga membantu anggota kelompok untuk mempelajari suatu perilaku yang diharapkan dengan cara memberikan model. Secara implisit, pekerja sosial dapat berbicara dengan lembut, tenang, dan halus pada saat anggota kelompok yang ingin dirubah berbicara dengan cara berteriak-teriak. Secara eksplisit, pekerja sosial dapat meminta anggota kelompok untuk mengobservasi pekerja sosial pada saat dia melakukan peranan.
5.      Memberikan bantuan dalam menghadapi ketegangan perasaan
Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh pekerja sosial untuk membantu anggota dalam mengahadapi perasaan ketegangan adalah dengan cara membesarkan hatinya. Cara lainnya adalah membantu anggota kelompok untuk mencapai kondisi rileks.
6.      Mengubah sikap
Pekerja sosial dapat membantu anggota tunuk mengubah sikap-sikapnya yang selama ini menghambat pencapaian suatu tujuan. Pekerja sosial dapat memberikan alasan-alasan tentang perlunya mengubah sikap. Pekerja sosial juga dapat mengajarkan kepada anggota kelompok untuk melakukan suatu aktivitas yang tidak konsisten/bertentangan dengan sikap anggota yang bersangkutan.
7.      Pemberian penugasan untuk melakukan peran
Cara ini dapat dilakukan melalui penugasan kepada anggota kelompok untuk melakukan suatu aktivitas kelompok. Aktivitas ini diharapkan dapat menjadi suatu kesempatan bagi anggota kelompok mempelajari perilaku-perilaku baru, kesempatan untuk mengubah pandangan terhadap orang lain, kesempatan untuk mengekspresikan perasaan-perasaan baru, serta dapat juga meliputi suatu kesempatan untuk melihat suatu peristiwa dari perspektif yang berbeda.





C.    Individu sebagai Target Intervensi Kelompok
Beberapa faktor yang mempengaruhi dalam penggunaan kelompok:
1.      Faktor waktu
Salah satu faktor yang sangat penting dalam meningkatkan perubahan individual melalui kelompok adalah faktor waktu. Faktor waktu ini dapat terpecah kedalam tiga unsur:
a)      Kerangka waktu, pekerja sosial dapat meminta kepada kelompok untuk mengalokasikan waktu tertentu kepada seorang anggota yang membutuhkan perhatian khusus pekerja sosial.
b)      Pendekatan tertentu, yang digunakan di dalam kelompok untuk membantu anggota secara individual, misalnya pendekatan pemecahan masalah, alokasi peran dan umpan balik.
c)      Intensitas perhatian kelompok kepada anggota secara individual.
2.      Faktor ukuran (size) kelompok
Ukuran kelompok ini mungkin menjadi faktor utama yang menentukan pemberian waktu kepada pekerja sosial untuk melakukan interaksi kepada salah seorang anggota yang membutuhkan. Kelompok yang kecil (5-7 anggota) mungkin lebih memungkinkan untuk memperhatikan salah satu anggota yang membutuhkan, sebaliknya kelompok yang besar mungkin kurang memberikan perhatian terhadap salah satu anggota.
3.      Isu-isu Teoritis
Isu Teoritis ini mencakup perhatian utama pekerja sosial yang dijadikan landasan teoritis bagi pelaksanaan praktek pertolongannya, artinya landasan teoritis mana yang menjadi perhatian pekerja sosial. Teori yang satu menyatakan bahwa fokus dari kelompok adalah proses kelompok yang terutama menggarisbawahi tentang pentingnya relasi antar anggota, atau kurang memberikan perhatian kepada masalah individu satu persatu.
Sedangkan teori yang lain justru lebih mengutamakan perhatian kepada masalah individu satu persatu, karena bagaimana juga tujuan akhir dari suatu proses pertolongan, baik secara individual ataupun secara kelompok adalah keberfungsian orang sebagai individu.
Selain isu tentang pendekatan teoritis, perlu pula dibahas tentang strategi perubahan yang akan dilaksanakan. Strategi ini berkisar pada pilihan peranan pekerja sosial dalam intervensi, yaitu peranan aktif atau pasif. Peranan pasif berarti bahwa pekerja sosial mempunyai asumsi bahwa kelompoklah yang berperan aktif dalam mengubah perilaku anggotanya. Peranan aktif berarti bahwa pekerja sosial berupaya dengan menggunakan kemampuannya untuk mengubah persepsi kognisi, afeksi, dan perilaku anggota kelompok serta memfasilitasi upaya pemecahan masalah yang dilakukan. Beberapa teknik yang relevan dengan hal ini adalah:
a.       Teknik untuk mengubah persepsi individu
Salah satu proposisi yang telah mapan mengenai kelompok adalah, bahwa kelompok sangat berpengaruh dalam mengubah persepsi individu terhadap suatu realita. Prinsip ini tentu saja dapat dilihat secara teoritik: bahwa selain mengubah persepsi individu untuk menjadi semakin dekat dengan realita, maka kelompok juga dapat mengubah persepsi individu untuk menjadi semakin jauh dari realita.
Pemikiran yang mendasari proposisi ini adalah: semakin banyak orang yang melihat suatu fenomena atau suatu peristiwa, maka akan lebih baik dibandingkan dengan satu orang. Pekerja sosial dapat menggunakan teknik ini dalam berbagai cara. Bilamana terdapat permasalahan yang berkisar tentang akurasi persepsi yang dimiliki oleh seorang anggota, maka pekerja sosial dapat melomtarkan isu tersebut kepada anggota yang lain dan meminta mereka untuk memberikan informasi sebagai tanggapan atas peristiwa atau situasi yang bersangkutan. Informasi ini kemudian disampaikan kepada individu yang dirasa mengalami kesalahan dalam hal persepsinya terhadap peristiwa atau situasi tersebut.
b.      Teknik untuk mengubah kognisi individu
Permasalahan yang dihadapi anggota kelompok seringkali berhubungan dengan apa yang mereka pikirkan atau yang mereka persepsikan tentang suatu situasi yang dihadapinya. Satu tipe kognisi yang sangat penting adalah “atribusi” (Atribution), yang apa yang diyakini oleh anggota tentang penyebab perilakunya atau penyebab perilaku orang lain.
Atribusi ini dianggap pentinga karena orang akan cenderung untuk mengubah lingkungan yang diyakini sebagai penyebab timbulnya masalah yang dihadapinya.
Kelompok merupakan suatu media yang sangat subur bagi pengembangan penguahan Atribusi ini, Anggota kelompok dapat mengobservasi perilaku anggota satu sama lain, dan selanjutnya mereka akan dapat memberikan umpan balik kepada masing-masing anggota. Pekerja sosial dapat memanfaatkan umpan balik untuk membantu tiap anggota dalam memilih saran perubahan yang sesuai, baik sasaran internal, lingkungan, atau bahkan keduanya.
Jika perilaku anggota terjadi dalam suatu llingkungan yang sangat bervariasi dan dan sangat menekannya, maka anggota tersebut akan menilai perwujudan perilaku yang negatif terhadap dirinya sendiri. Dia akan berusaha untuk merubah perilakunya itu sehingga menghasilkan penampilan yang sesuai dengan lingkungannya. Bila perilaku lingkungan utama terrjadi dalam satu situasi, maka anggota akan memberikan atribusi terhadap organisasi tersebut sehingga suatu situasi problematic, sehingga dia berupaya mengubah situasi tersebut.
Contoh pertama, jika dalam suatu kelompok yang terdiri dari anak-anak nakal yang masing-masing disebabkan oleh penyebab yang berbeda-beda antara anak yang satu dengan yang lain, maka pekerja sosial dapat melakukan sesuatu upaya yang diarahkan untuk mengubah pikiran dan keyakinan anak-anak tersebut sehingga mereka dapat menyesuaikan diri pada situasi yang menjadi penyebab timbulnya masalah adalah sama, yaitu perlakuan buruk dari suami, maka pekerja sosial dapat melakukan suatu upaya yang ditujukan untuk mengubah keyakinan anggota agar mereka sepakat untuk mengubah penyebab masalah.
c.       Teknik untuk mengbah afeksi individu
Bagian ini sebenarnya lebih tepat disebut sebagai “upaya untuk mengungkapkan perasaan”. Teknik ini merupakan kebalikan dari teknik meredakan ketegangan melalui relaksasi. Tugas pekerja sosial adalah mendorong atau mengupayakan suatu cara agar individu yang mengalami ketegangan dapat mengungkapkan perasaan-perasaan semaksimal mungkin. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah meminta anggota kelompok yang bermasalah untuk mengungkapkan emosinya, dan meminta anggota yang lain untuk memberi tanggapan.
d.      Teknik untuk mengubah aksi/perilaku individu
Anggota kelompok, pada dasarnya memiliki kemampuan untuk memberikan pengaruh langsung terhadap aktivitas anggota lainnya, termasuk pikiran-pikirannya, serta perasaan-perasaannya. Seperti telah kita bahas bahwa anggota suatu kelompok dapat meningkatkan atau mengurangi suat perilaku tertentu melalui prinsip-prinsip penguatan (reinforcement). Penguatan ini dapat berupa pemberian hadiah bagi suatu perilaku yang diharapkan, dan pemberian hukuman bagi perilaku yang tidak sesuai harapan.
Bentuk pemberian hadiah ini dapat berupa aktivitas verbal seperti pujian atau bentuk perilaku non verbal seperti tepukan tangan, maupun pemberian materi seperti permen, makanan atau uang. Hukuman juga dapat berupa verbal seperti kritik, atau non verbal seperti gambar warna merah untuk pendekatan atau kritik.
Cara lain untuk mengubah perilaku individu ini dapat juga dilakukan dengan cara “modelling”, anggota kelompok dapat menampilkan suatu bentuk aktivitas tertentu sebagai respon terhadap suatu masalah yang dihadapi oleh seorang individual, dan individu tersebut dapat diminta untuk mengamati aktivitas modelling tersebut dengan seksama teknik untuk membantu individu dalam memecahkan masalah.
Teknik ini ditujukan untuk memberikan gambaran yang diberikan oleh kelompok kepada individu yang mengalami masalah dan memecahkan masalah terebut. Istilah pemecahan masalah ini berarti suatu proses kognitif dan rasional untuk mengidentifikasi, menilai, memilih dan mengimplementasikan suatu solusi atas berbagai alternatif yang ada. Proses pemecahan masalah ini dapat digunakan untuk menentukan suatu rangkaian kegiatan yang bermanfaat bagi kelompok, memecahkan masalah yang dihadapi oleh beberapa anggota kelompok, atau untuk memecahkan masalah yang dialami oleh salah satu anggota kelompok saja.
Pengambilan keputusan tentang proses pemecahan masalah yang dipilih, adalah berdasarkan konsensus dari anggota yang terbanyak. Hal ini dapat berakibat buruk jika individu yang ingin dibantu oleh kelompok ternyata menolak alternatif pemecahan yang diputuskan oleh mayoritas anggota kelompok. Jika hal ini terjadi, maka individu yang bersangkutan harus mengemukakan seluruh komponen yang menjadi dasar penolakan atas alternatif yang disarankan oleh kelompok. Walaupun alternatif yang disodorkan/ditawarkan oleh kelompok kepada anggota individu yang bersangkutan, tetapi minimal hal ini dapat menjadi masukan yang sangat berharga bagi individu yang bersangkutan.
e.       Teknik untuk menstrukturisasi peranan anggota
Posedur kelompok tersebut di atas didasarkan pada pemikiran bawa setiap anggota akan saling pengaruh mernpengaruhi suatu interaksi satu sama lain. Sebagai tambahan kelompok ini melalui bantuan Pekerja sosial dapat berupaya untuk mengubah anggota melalui pernberian penugasan untuk melaksanakan suatu peranan tertentu dalarn kelompok. Tujuan yang diharapkan dari pemberian peranan ini adalah sebagai alat atau instrument yang dapat digunakan untuk mengubah harapan -harapan anggota.
Pekerja sosial sendiri, atau kelompok dengan bantuan pekerja sosial dapat menentukan strategi sendiri sesuai dengan tujtian tersebut. Salah satu peranan yang dapat dikembangkan adalah peranan sehagai "pengurus" dalam suatu ketompok yang terdetrukturisasi. Tipe atau bentuk peranan yang akan dikembangkan ditentukan oteh kelompok dengan bantuan pekerja sosial, yang dilandasi oleh suatu asssesment terhadap kebutuhan kelompok maupun kebutuhan anggota.
Contoh dari teknik ini: Misalnya datam suatu kelompok anak-anak, dimana terdapat satah satu anggota kelompok yang merasa dirinya dikucilkan atau tidak diterima oteh anggota lainnya, hanya karena dia salah satunya anak yang berasal dari keturunan suku jawa diantara anggota lain yang berasal dari suku sunda. Pekerja sosiat dapat memberikan peran kepada anak tersebut untuk menjadi "guru" ' kebudayaan jawa, dan diminta untuk menceritakan suatu dongeng khas jawa, setanjutnya angota yang tain diminta untuk memberikan tanggapannya.

D.    Tahap-Tahap Perubahan Individual
Suatu perubahan pada umumnya merupakan hasil dari suatu proses yang bergerak dari identifikasi masalah, assessment, penentuan tujuan dan stabilisasi usaha perubahan. Urutan ini dapat terjadi di dalam suatu proses pengalaman kelompok maupun dalam proses konseling satu persatu kelompok dengan bimbingan seorang pekerja sosial, upaya mengadakan perubahan terhadap individu anggotanya dengan cara mengembangkan tahapan perubahan ini.
Identifikasi masalah dapat dipercepat melalui tingkatan resepsi anggota kelopok tentang mengatasi problematic yang dihadapi. Seperti yang telah dijelaskan pada bagian terdahulu, bahwa presepsi ini giat ditingkatkan melalui tukar pikiran antar anggota tentang suatu situasi.
Assesment dipengaruhi oleh penilaian anggota terhadap masalah yang dihadapi, degan demikian kelompok dapat membantu anggota untuk mengidentifikasi suatu perilaku tertentu.
Tujuan pemecahan masalah ditentukan oleh anggota kelornpok serealistis mungkin sesuai dengan kemampuan individu yang bersangkutan, serta kesempatan yang ada maupun tuntutan dari lingkungan. Dari kesemuanya ini, maka individu yang bersangkutan harus sadar dan mampu untuk mengekspresikan perasaan-perasaannya tentang masalah yang dihadapi serta mengidentifikasi orang-orang yang berkaitan dengan masalah tersebut. Menghubungkan kelompok, pada umumnya hanya memfasilitasi proses tersebut.
Rencana perubahan rnerupakan alternatif terpilih mengenai prosedur perubahan. Perencanaan ini membuat tergantung dari hakikat dan sifat dari masalah tersebut. Hal ini mungkin berupa suatu pilihan untuk mengubah persepsi mengubah perasaan, mengubah difusi, atau mengubah aktivitas individu yang bersagkutan.
E.     Interaksi Lingkungan
Pada bahasan ini kita akan mempelajari bagaimana orang dapat dibantu untuk mengubah lingkungan secara lebih tebih efektif melaui interaksi individua satu persatu dengan pekerja sosial, dengan anggota lain, atau melalui kelompok yang dibimbing oleh pekerja sosial. Bantuan yang diberikan kepada individu, dalam hal ini mungkin membutuhkan suatu bentuk intervensi pekerja sosial, terutama yang berupa intervensi pekerja sosial, terutama yang berupa interaksi pekerja sosial dengan lingkungan yang bertujuan untuk membantu individu anggota kelompok.
Istilah lingkungan sebenarnya bukan merupakan suatu istilah spesifik, yang dimaksud dengan lingkungan yang menjadi sasaran perubahan di sini bisa berupa lembaga sosial di mana kelompok tersebut dibentuk, anggota ketuarga dari setiap anggota ketompok, institusi-institusi sosial, lembaga-lembaga hukum, peergroup, dan sebagainya.
Pekerja sosial akan menentukan sasaran lingkungan sebagai rencana untuk membantu bagian dari individu dalam mencapai tujuan-tujuannya. Rencana tersebut berkisar pada upaya perubahan aspek dari individu yang bersangkutan maupun aspek-aspek dari lingkungam.
Alasan-alasan utama yang menjadi landasan pikir baku pekerja sosial untuk memberikan intervensi kepada lingkungan adalah:
1.      Perubahan lingkungan merupakan prasyarat bagi perubahan individu sedangkan individu tersebut memiliki keterbatasan kemampuan untuk berubah. Pekerja sosial dapat membantu individu yang bersangkutan untuk memperoleh kemampuan ini dengan menggunakan lingkungan sebagai sumber perubah.
2.      Anggota kelompok memberikan dukungan penuh atas keputusan yang diambil oleh pekerja sosial, oleh karena itu pekerja sosial perlu mencari tahu apa yang menjadi alasan individu tersebut memberikan dukungannnya.
Jika anggota kelompok tidak mampu melakukannya sendiri, maka pekerja sosial harus menentukan siapakah yang paling tepat dijadikan agen perubah tersebut. Bisa kelompok atau pekerja sosial itu sendiri.

F.     Peran Pekerja Sosial dalam Intervensi dengan Lingkungan
Bila pekerja sosial metakukan intervensi kepada lingkungan dalam rangka melakukan perubahan pada perilaku angota ketompok, maka pekerja sosial mungkin dapat melaksanakan salah satu atau lebih dari beberapa peran berikut:
a.      Advocate
Chartes F. Grosser menegaskan bahwa klien seringkali berada pada situasi konflik dengan berbaga institusi sosial. Oleh karena itu, pekerja sosial yang melaksanakan peran advocate ini dapat berfungsi sebagai partisipan dalam konflik tersebut tersebut. Alasan yang mendasari pelaksanaan peranan ini adalah salah satu pihak yang tertindas oleh pihak lainnya, atau terjadi perselisihan yang berat sebelah. Pekerja sosial dalam hal ini dapat melakukan upaya-upaya untuk memberikan argumentasi, debat, tawar-menawar, negosiasi, atau memanipulasi lingkungan sehubungan dengan permasalahan yang dihadapi oleh klien anggota kelompok.
b.      Mediator
Pada peranan ini pekerja sosiat berupaya untuk memecahkan perselisihan antara anggota yang satu dengan anggota yang lain. Pada peranan ini, pekerja sosial juga membantu kelompok-kelompok yang bertentangan untuk saling bernegosiasi. Teknik yang dapat digunakan oleh pekerja sosial antara lain: menyediakan waktu dan kesediaan untuk mendengarkan serta melakukan komunikasi dengan kedua pihak yang bertikai, menciptakan pertemuan antara dua ketompok atau anggota yang bertikai, bersedia memusatkan perhatian pada masalah yang dihadapi, melakukan persuasi, serta mendamaikan mereka.
c.       Broker
Pada peranan ini pekerja sosial memusatkan perhatiannya pada upaya untuk membantu anggota kelompok untuk memilih sumber-sumber sosial yang dibutuhkan, dan kemudian membantu mereka memanfaatkan sumber tersebut. Aspek penting dalam peranan ini adalah mengupayakan suatu tindakan agar unsur-unsur dari lingkungan, serta sumber-sumber sosial yang berada dalam lingkungan agar bersedia memberikan informasi kepada anggota kelompok mengenai prosedur pemanfaatanya. Teknik yang dapat digunakan oleh pekerja sosial datam hal ini adalah pengumpulan informasi, pemberian penjelasan tentang persyaratan dalam memanfaatkan suatu sistem sumber, menjelaskan kepada anggota bahwa prosedur pemanfaatan sistem sumber yang dibutuhkan tersebut masih bersifat fleksibel, dsb.
c.       Conferee
Middleman dan Gotdbeerg menggambarkan peranan ini dalam suatu situasi dimana dua atau lebih orang yang berkonsultasi bersama, mendiskusikan dan membandingkan opini-opininya berunding serta merencanakan kegiatan yang akan dilaksanakan serta konferensi. Aktifitas utama yang dalam peranan adalah upaya pemecahan masalah serta peningkatan proses komunikasi.




BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Seorang individu akan meminta bantuan kepada kelompok untuk mencapai suatu perubahan individual atau tujuannya kepada kelompok. Tujuan tersebut diantarannya yaitu, meningkatkan kemampuan dalam menciptakan atau mengembangkan suatu relasi persahabatan, meningkatkan kemampuan dalam menciptakan kemandirian secara tepat, memperoleh keterampilan dalam melakukan interaksi sosial, belajar untuk menghadapi stress akibat perubahan peran sehubungan dengan tahapan baru dalam kehidupannya, atau stress yang diakibatkan oleh peranan-peranan baru yang disandangnya.
Dalam prosesnya terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi individu dalam mencapai perubahan melalui kelompok. Faktor-faktor tersebut adalah, faktor waktu, faktor ukuran kelompok dan isu teoritis yang digunakan pekerja sosial dalam melakukan intervensi.
Intervensi yang dilakukan pekerja sosial dalam upaya mencapai perubahan individual bukan hanya berfokus pada kelompok saja, akan tetapi juga intervensi individual dan intervensi lingkungan klien. Dalam intervensi kepada lingkugan pekerja sosial memiliki beberapa peranan seperti, advocate, mediator dan conferee.

DAFTAR PUSTAKA

Koswara, dkk. Garvin : Tentang Group Work. Edisi pertama. Bandung : Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial.


KLIK Untuk Mendownload

Comments

Artikel Lainnya:

PERANAN PEKERJA SOSIAL

TERMINASI

PRAKTEK PEKERJAAN SOSIAL BIDANG PENDIDIKAN

PENGERTIAN ANAK DARI BERBAGAI PERSPEKTIF

Total Pageviews

Followers